Bermula dari pelatihan bersama
Saat tak tahu siapa
yang bisa
Dijalankan dengan
rasa suka
Tak peduli meski
harus terluka
Pelatihan menjadi
selembar kertas
Membuka dengan
harapan tak terbatas
Membuat air mata
habis terkuras
Ataupun ada yang
tersenyum lepas
Tiba saatnya
orientasi lanjutan
Aku tahu ini
hanyalah permulaan
Dimana harus
melatih kesabaran
Dan pertempuran
antar perasaan
Sebelum itu ada
banyak perjuangan
Menebus nametag
maupun tongkat
Sejumlah seri kita
lakukan
Untuk merubah
hukuman jadi kemenangan
Kami lupakan
kepentingan sendiri
Karena kami bersama
di sini
Meski air mata
kadang mengalir
Namun kami tetap
tak peduli
Tibalah hari yang
ditunggu
Semua rasa menjadi
satu
Membuat mulut
terasa gagu
Percampuran bangga
dan juga haru
Saat berlari dengan
semangat
Melawan setiap
tetes bulir keringat
Tak terasa gedung
semakin dekat
Membuat rasa bangga
melekat erat
Memasuki area
dengan senyuman
Disambut dengan
semangat nyanyian
Disertai senyum
kebanggaan
Kebahagiaanpun tak
tertahankan
Itulah akar dari
semua cerita
Mungkin jadi kesan
pertama
Awal dari tangis
dan juga amarah
Berjanjilah, kita
selalu bersama
Meski sebelumnya
sulit beradaptasi
Namun kelamaan kami
mengerti
Tak ada yang mampu
mengganti
Pribadi – Pribadi
unik 78 orang ini
Saat sidang
pensenioran teradi
3 orang menjadi
senior kami
Meski terasa
seperti mimpi
Apa daya mereka
harus pergi
Masih ada ulasan
lagi
Tentang 8 orang
tegas namun baik hati
Meski di lapangan
selalu beraksi
Mereka tak jarang
berkelahi
Suatu hari
muncullah ansos
Manusia-manusia
anti OSIS
Membuat hati terasa
teriris
Meski kami bersama
menjalankan MOS
Meski tahu, kami
tak peduli
Karena mereka tak
mengerti
Tau apa mereka
tentang kami?
Yang hanya jadi
pengamat luar sehari-hari
Di dalam, banyak
hal terjadi
Penentuan tugas
lari pagi
Surat untuk tadarus
senin dan kamis pagi
Sampai mendengar
berbagai evaluasi
Seringkali
pertengkaran terjadi
Menjadi sebuah
pengalaman berarti
Tak lupa teguran
dari MPO kami
Menjadi makanan sehari-hari
Di saat kami mulai
pasrah,
Seringkali terasa
lelah
Dan merasa seperti
kalah
Namun kami tak
boleh menyerah
Kini kami semakin
erat
Dapat mencapai
target jauh maupun dekat
Mengukir kenangan
semanis coklat
Dan selalu, menjadi
tumpuan yang kuat
Setelah sekian lama
berusaha
Kata yang ditunggu
terucap juga
“Terimakasih, ya,
sukses. Bapak bangga!”
Di dua program
besar, ACEX, kalam tak juga lupa
Tak terasa, sudah
satu tahun kubersamamu
Sudah satu tahun
kumendengar ocehanmu
Satu tahun ku
melihat canda tawamu
Dan satu tahun aku
menghadapi amarahmu
Takkan kulihat
trium saling berdebat
Takkan kulihat BN
keluar lebih cepat
Melihat talkom
indah terselempang
Sebuah benda yang
tak mampu ditukar dengan uang
Tak kudengar lagi
ocehan humas
Atau tidur di sekom
layaknya istana
Yang selalu berhawa panas
Tempat kita
habiskan waktu bersama
Esok semuanya akan
berlalu
Kami tak lebih dari
seuntai kenangan masa lalu
Dan digantikan oleh
para penerus baru
Yang akan menempuh
perjalanan baru
Jangan, janganlah
engkau bersedih
Meski hati terasa
sangat pedih
Namun ketentuan tak
dapat diganti
1 yang kutahu,
Dasakasatriya selalu di hati
Selamat jalan,
kebanggaanku Dasa
Segala kenangan
menggenang takkan alfa
Mengindah hati
merupa mutiara
Kita hantar lepas
dengan bahagia
Nurlia Arina Dewi
No comments:
Post a Comment